About Me

header ads

Membedakan Manipulasi Bawah Sadar dengan Hypnoteaching yang Etis dan Mendidik

Group WA Hypnoteaching MIN 2 Tegal

Oleh: Aziz Amin – Trainer & Praktisi Hypnoteaching

Alhamdulillah, sebuah kebahagiaan bisa membersamai teman - teman pembelajar Dewan Guru MIN 2 Tegal di Rumah Makan Joglo Selayu (Rabu, 01/10/2025) pada In House Training - One Day Workshop "Hypnoteaching".

Kebahagiaan ini tanpa alasan, karena melihat banyak peserta yang antusisa memahami pembelajaran tentang keilmuan yang mungkin bisa jadi belum banyak diketahui banyak orang, ini terlihat banyaknya umpan balik dan pertanyaan kritis yang mengulik dan membuat kita makin penasaran.

Salah satu petanyaan pasca workshop adalah datang dari peserta Asmawi yang menyakan tentang perbedaan manipulasi pikiran bawah sadar dan hypnoteaching yang pertanyaannya :

“Bagaimana cara membedakan antara manipulasi bawah sadar yang tidak etis dengan teknik hypnoteaching yang bertujuan mendidik secara positif, terutama jika peserta didik tidak sepenuhnya sadar bahwa mereka sedang dipengaruhi secara sugestif?”
Group WA Hypnoteaching MIN 2 Tegal, Pertanyaan : Bapak Asmawi

 

Pertanyaan ini wajar, karena hipnosis sering diasosiasikan dengan praktik mengendalikan pikiran orang lain. Padahal, dalam dunia pendidikan, hypnoteaching bukanlah manipulasi, melainkan strategi komunikasi positif yang berbasis pada ilmu sugesti, psikologi belajar, dan etika mendidik.

1. Dimensi Niat dan Tujuan

Karena ini pertanyaan menuntut kita untuk membedakan keduanya maka hal yang mendasar dan perbedaan paling kita bisa lihat pada niat dan tujuan dari penggunaan sugesti itu sendiri.

  • Manipulasi bawah sadar yang tidak etis biasanya dilakukan untuk kepentingan sepihak, tanpa memperhatikan kesejahteraan orang yang dipengaruhi. Tujuannya bisa berupa keuntungan pribadi, eksploitasi, atau bahkan pengendalian perilaku tanpa izin dan tanpa kesadaran.
  • Hypnoteaching, sebaliknya, berlandaskan pada niat mendidik. Tujuannya jelas: membangun semangat belajar, menanamkan nilai positif, menguatkan karakter, dan membantu peserta didik mencapai potensi terbaiknya. Dalam hal ini, sugesti bukanlah alat untuk menguasai, melainkan jembatan untuk menuntun.

2. Transparansi dan Konteks

Kedua adalah bahwa kita harus sepakati bahwa manipulasi selalu bersifat terselubung. Orang yang dimanipulasi seringkali tidak menyadari maksud sebenarnya dari sugesti yang ia terima.

Dalam hypnoteaching, meskipun peserta didik tidak selalu menyadari bahwa mereka sedang menerima sugesti, konteksnya jelas: mereka ada dalam ruang belajar, bersama seorang guru yang perannya memang memberi arahan, bimbingan, dan motivasi. Dengan demikian, proses sugesti berlangsung dalam ruang yang aman dan disepakati, bukan dalam situasi manipulatif yang merugikan.

Atau dalam bahasa saya mungkin anak bukan sedang dibalut motivasi palsu, tapi sebenarnya kita sedang ikhtiar untuk merekontriksi pikiran bawah sadar anak sejatinya ia punya banyak potensi terpendam, bahwa Tuhan Allag Ta'ala telah menciptakan mereka dalam kesempurnaan yang lebih dibandingkan mahluk Allah lainya ( walau faktanya tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini ) artinya kita sedang membangun kesadaran ( mindfulness ).

3. Jenis Sugesti yang Diberikan

Yang ketiga mungkin kita bisa melihat jenis sugesti yang diberikan pada siswa;
  • Sugesti manipulatif dapat berupa tekanan, ancaman, atau kalimat yang membuat individu merasa terpaksa, takut, atau kehilangan kebebasan berpikir.
    Misalnya: “Kalau kamu tidak mengerjakan tugas ini, berarti kamu bodoh dan tidak akan berhasil.” hal ini termasuk banyak maaf para oknum guru kadang memberikan ancaman nilai atau apa biar ia mendapatkan apa yang ia inginkan

  • Sugesti hypnoteaching selalu bernuansa positif, membangun, dan penuh kasih sayang. Ia dirancang untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi intrinsik.
    Misalnya: “Saya percaya kamu mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik, ayo kita coba bersama-sama.” saya sepakat dengan apa yang dikatakan Kepala Madrasah H, Amirudin, S.Pd.I bahwa seharusnya kalau tepat hypnoteaching itu ya lebih dari cinta, memberikan tanpa berfikir hak tapi kewajiban menebarkan kebaikan dan mencerdaskan anak bangsa.

Kalau kita amati Workshop kemarin (01/10/2025) di MIN 2 Tegal sejatinya kekuatan kata-kata dalam hypnoteaching tidak pernah diarahkan untuk menekan, melainkan untuk menguatkan.

4. Etika dan Tanggung Jawab

Dalam praktik profesional, baik dalam hipnoterapi maupun hypnoteaching, ada kode etik yang menjadi batas tegas. Guru atau fasilitator yang menggunakan pendekatan ini harus memegang prinsip:

  1. Tidak boleh merugikan peserta didik.

  2. Tidak boleh melanggar nilai moral, agama, maupun hak asasi peserta.

  3. Selalu menempatkan sugesti sebagai media edukasi, bukan eksploitasi.

Guru yang sadar akan hal ini akan berhati-hati dalam memilih kata, intonasi, bahkan ekspresi, karena ia tahu bahwa setiap kata adalah sugesti yang bisa membentuk perilaku dan karakter peserta didik. Hal ini yang mendasari group [RUANG KITA] HYPNOTEACHING dihadirkan untuk umum dan terbuka bagi masyarakat yang ingin tahu, belajar hypnotheacing, anda bisa bergabung di s.id/wag-hypnoteaching

5. Kesadaran dalam Ketidaksadaran

Memang benar bahwa dalam hypnoteaching, peserta didik tidak selalu menyadari sepenuhnya bahwa mereka sedang dipengaruhi secara sugestif. Namun, perlu ditegaskan bahwa ketidaksadaran ini bukan berarti manipulasi.

Sebagai analogi, seorang anak mungkin tidak sadar bahwa ia sedang dididik untuk disiplin ketika orang tua berkata: “Yuk, biasakan membereskan mainanmu setelah bermain, supaya kamarmu selalu rapi dan nyaman.”
Anak tidak merasa dimanipulasi, karena sugesti itu membangun kebiasaan positif.

Hal yang sama berlaku dalam kelas hypnoteaching: guru menanamkan nilai positif dengan cara yang alami, penuh empati, dan tetap menghormati otonomi peserta didik.

Dari semua bahasan ini semoga bisa dipahami dan bisa disepakati intinya ;

Perbedaan mendasar antara manipulasi bawah sadar yang tidak etis dan hypnoteaching yang mendidik dapat diringkas sebagai berikut:

  • Manipulasi → tersembunyi, merugikan, berorientasi kepentingan sepihak.
  • Hypnoteaching → terbuka dalam konteks pendidikan, bernilai positif, berorientasi pada pertumbuhan dan keberhasilan peserta didik.

Dengan demikian, meskipun peserta didik tidak selalu sadar bahwa mereka sedang menerima sugesti, selama sugesti itu mendidik, memperkuat karakter, dan tidak melanggar etika, maka ia masuk dalam ranah hypnoteaching yang benar dan bertanggung jawab.

Itulah mengapa saya selalu menekankan: “Hypnoteaching bukanlah seni mengendalikan pikiran murid, melainkan seni berbicara dengan hati, yang masuk ke pikiran bawah sadar mereka dan menumbuhkan kekuatan dari dalam.”



{{{ Positif, Sehat dan Bahagia }}}